English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified


Sunnah - Sunnah Berkenaan Dengan Makan


Pertama-pertama, marilah kita sebutkan beberapa macam makanan yang pernah dimakan oleh Nabi SAW, apakah hanya satu kali selama hidupnya atau merupakan kebiasaan beliau.

Beberapa makanan yang pernah dimakan oleh Nabi SAW :

  1. Daging : unta, sapi, domba, kambing, ayam, kelinci, kijang jantan, burung-burung yang halal dimakan, dan ikan baik yang dikeringkan dengan sinar matahari atau dimasak dengan atau tanpa kuah.
  2. Kurma : semua jenis, yangmasak, kering, dan lain-lain.
  3. Roti yang dibuat dari tepung barli atau tepung gandum.
  4. Cuka.
  5. Tsariid : Roti yang direndam dalam kuah dengan beberapa potong daging.
  6. Minyak zaitun, mentega, lemak.
  7. Keju,
  8. Merica hitam dan bumbu lain.
  9. Bit, labu, melon, dan mentimun.
  10. Madu.
  11. Anggur dan buah-buahan
  12. Sarapan Pagi, Dilaporkan bahwa Nabi SAW, biasa minum air madu untuk sarapan pagi. Didalam beberapa kisah juga dilaporkan bahwa Nabi SAW memakan Nabize Tamar 

  13. Nabize Tamar adalah kurma kering yang dipotong-potong dan direndam dalam sebuah wadah yang terbuat dari tanah liat semalaman. (Hr. Tirmidzi)

Makan-makanan yang pernah dipuji dan dikatakan bermanfaat oleh Nabi SAW, jeruk, bawang putih, kalonji, biji mustard, fenuggreek (methi), jahe kering, minyak zaitun, madu, apel, lemak, bor, kentang, dan lain-lain. (Nasyruth Thibb)

Fasilitas Sanitasi Tempat Pengolahan Makanan



Agar pada saat melakukan pengolahan makanan dan minuman tidak terjadi pencemaran, maka diperlukan fasilitas sanitasi pengolahan makanan yang memenuhi syarat kesehatan yaitu antara lain sebagai berikut :

Penyediaan air bersih
Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok hampir semua kegiatan manusia sehari-hari membutuhkan air. Air sangat penting diperhatikan kebersihannya karena air merupakan faktor yang tidak boleh diabaikan dalam pelaksanaan usaha-usaha sanitasi. Oleh karena itu yang digunakan dalam pengolahan harus memenuhi syarat-syarat kesehatan, yaitu secara fisik tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, secara kimia tidak mengandung bahan –bahan beracun dan secara bakteriologis juga tidak mengandung kuman pathogen dan kuman parasit.

Tempat cuci bahan
Pencucian bahan hendaknya terpisah dari tempat cuci tangan dan tempat pencucian peralatan. Untuk tempat cuci bahan harus tersedia air yang memenuhi syarat, secara fisik yaitu tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau, air dingin dan air hangat yang mengalir juga dilengkapi tempat sampah yang memenuhi syarat.

Tempat cuci alat
Pencucian alat-alat hendaknya ditempat yang khusus dan tidak tercampur dengan yang lain. Perlu dilengkapi dengan fasilitas yang memadai seperti sikat untuk membersihkan bahan atau sisa yang masih melekat, air dingin yang mengalir dan air panas yang berfungsi sebagai pembunuh kuman, serta bila perlu membubuhkan kaporit dengan konsentrasi yang cukup, dan tersedia desinfektan seperti sabun.

Tempat cuci tangan
Fasilitas cuci tangan agar karyawan dapat mencuci tangan setelah dari jamban / WC, serta sebelum dan sesudah menjamah makanan. Untuk cuci tangan hendaknya terpisah dari tempat pencucian peralatan. Untuk mencuci tangan perlu dilengkapi dengan sabun yang dilengkapi dengan sabun yang berfungsi sebagai pembunuh kuman, air yang memenuhi syarat fisik, air dingin dan air hangat yang mengalir, dilengkapi tempat sampah yang memenuhi syarat.
Fasilitas tempat cuci tangan harus disediakan dalam jumlah yang cukup disesuaikan dengan jumlah karyawan. Hal ini sesuai dengan Permenkes R.I NO. 712/Menkes/per/1986 sebagai berikut :
“ 1-10 orang satu buah dengan tambahan satu setiap penambahan 10 orang atau kurang”.

Tempat sampah
Tempat sampah harus tersedia untuk menciptakan keadaan yang bersih dan sehat. Untuk itu tempat bersarangnya serangga dan tikus, serta tidak bau. Oleh karena itu harus dibuat dari bahan yang kedap air dan konstruksinya kuat, tutup rapat, ada tempat pegangan tangan, mudah untuk diisi dan dikosongkan serta dibersihkan, dan terutama volumenya cukup.

Jamban dan Peturasan
Fasilitas jamban dan peturasan penting dalam sarana pengolahan untuk melayani penjamah yang ingin buang air besar/ kecil. Fasilitas ini harus dipelihara dan diperhatikan kebersihannya, sehingga tidak menjadi sumber untuk bersarangnya tikus atau serangga yang dapat menyebarkan penyakit, tidak bau dan rapat lalat. Jamban harus terletak dari sumber air bersih dan berfungsi dengan baik.

Pencegahan terhadap serangga dan tikus
Serangga dan tikus biasanya mencari makanan didalam ruangan pengolahan makanan, ditempat sampah dimana terdapat sisa makanan yang tercecer. Untuk mencegah gangguan datangnya binatang-binatang tersebut dapat diusahakan dengan menggunakan kawat-kawat kasa pada lubang ventilasi dengan diameter tertentu sesuai peruntukannya, memasang terali besi pada saluran air kotor, membuat pondasi bangunan yang baik, membersihkan tempat-tempat kotor dan lain-lain.

Saluran pembuangan air kotor ( Air Limbah)
Fasilitas pembuangan air kotor penting untuk membuang air bekas cucian, bekas pengolahan dan sebagainya yang disalurkan dengan sistem perpipaan yang bersambung dengan saluran air kotor umum untuk disalurkan ke septic tank. Fasilitas air kotor terpenting tidak dijadikan tempat penyebaran penyakit, tidak mengotori sumber air bersih, mengalir lancar serta tertutup agar tidak menyebarkan bau busuk dan menghindarkan pemandangan yang tidak baik.

Cerobong asap
Bangunan cerobong asap harus dilengkapi dengan sungkup asap (hood) yang berada diatas tungku/kompor, alat perangkap asap, saringan dan saluran asap, serta pengumpul lemak. Cerobong dihubungkan langsung keluar bangunan.

Tempat Bahan Makanan
Tempat disesuaikan dengan jumlah bahan makanan yang akan disimpan, tidak boleh untuk menyimpan bahan lain selain makanan, dilengkapi dengan rak-rak tempat penyimpanan makanan, pencahayaan ditempat bahan makanan, pencahayaan ditempat bahan makanan minimal 4 foot candle (tc), tempat ventilasi yang menjamin sirkulasi udara serta dilengkapi dengan pelindung tikus.


Grease Trape (Penangkal Lemak)



Grease (Lemak) dari dapur adalah salah satu limbah domestik yang tidak bisa diurai secara alami. Sumber Grease adalah dari Minyak Goreng, Mentega, Susu, Keju, Daging, dllJika limbah grease ini tidak ditangani secara tepat, akan menyebabkan :
  1. Saluran pipa akan tertutup oleh grease yang membeku.
  2. Jika sampai keluar ke saluran kota, akan menyebabkan bau yang tidak sedap (pencemaran) dan dapat menimbulkan penyakit.
  3. Jika sampai masuk kedalam Septic Tank, akan menganggu proses Septic Tank Untuk menangani Grease ini, salah satunya dengan cara memasang Grease Trap Portable (Perangkap Lemak). Grease Trap Portable ini dipasang dibawah Sink Dapur.

Keunggulan produk Grease Trap:
  1. Harga murah dengan kualitas terbaik (lulus berbagai macam tes yang dilakukan oleh laboratorium independen)
  2. Ramah lingkungan karena bisa didaur ulang 100%
  3. Bau limbah (tidak sedap) yang ada di dalam grease trap sama sekali tidak akan lolos keluar karena grease trap dilengkapi dengan double seal yang sangat presisi dan kedap udara
  4. Design dan bentuknya juga sangat menarik

Pengelolaan limbah minyak dan lemak dengan menggunakan Grease Trap adalah salah satu bagian yang terpenting dari waste water management (pengelolaan air limbah) dan saat ini telah digunakan di hampir semua proyek konstruksi perumahan, apartemen, perkantoran, ruko/rukan, restoran, perkantoran, salon, dan pabrik.

Produk Grease Trap biasanya dipasang dibawah kitchen sink dan berfungsi untuk menyaring minyak/lemak dan sampah padat agar tidak mengalir masuk ke dalam saluran pembuangan, sehingga mencegah terjadinya penyumbatan pipa saluran, pencemaran lingkungan dan mengganggu masyarat sekitar karena limbah minyak/lemak berbau sangat tidak sedap dan akan menyebar kemana-mana apabila sampai mengalir ke saluran got yang terbuka

Arti Cinta, Rindu dan Cemburu Dalam Islam



Banyak orang berbicara tentang masalah ini tapi tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Atau tidak menjelaskan batasan-batasan dan maknanya secara syar’i. Dan kapan seseorang itu keluar dari batasan-batasan tadi. Dan seakan-akan yang menghalangi untuk membahas masalah ini adalah salahnya pemahaman bahwa pembahasan masalah ini berkaitan dengan akhlaq yang rendah dan berkaitan dengan perzinahan, perkataan yang keji, dan hal ini adalah salah. 

Tiga perkara ini adalah sesuatu yang berkaitan dengan manusia yang memotivasi untuk menjaga dan mendorong kehormatan dan kemuliaannya. Aku memandang pembicaraan ini yang terpenting adalah batasannya, penyimpangannya, kebaikannya dan kejelekannya. Tiga kalimat ini ada dalam setiap hati manusia dan mereka memberi makna dari tiga hal ini sesuai dengan apa yang mereka maknai.

Cinta (Al-Hubb).

Cinta yaitu Al-Widaad yakni kecenderungan hati pada yang dicintai dan itu termasuk amalan hati, bukan amalan anggota badan/dhahir. Pernikahan itu tidak akan bahagia dan berfaedah kecuali jika ada cinta dan kasih sayang diantara suami-isteri. Dan kuncinya kecintaan adalah pandangan. Oleh karena itu, Rasulullah SAW menganjurkan pada orang yang meminang untuk melihat pada yang dipinang agar sampai pada kata sepakat dan cinta.

Sungguh telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Nasa’i dari Mughirah bin Su’bah r.a berkata : “Aku telah meminang seorang wanita, lalu Rasulullah SAW bertanya kepadaku : apakah kamu telah melihatnya?. Aku berkata : belum, maka beliau bersabda : maka lihatlah dia, karena sesungguhnya hal itu pada akhirnya akan lebih menambah kecocokan dan kasih sayang antara kalian berdua” Sesungguhnya kami tahu bahwa kebanyakan dari orang-orang, lebih-lebih pemuda dan pemudi, banyak sekali kerancuan-kerancuan dalam pemahaman mereka tentang “cinta” dan apa-apa yang tumbuh dari cinta itu, dari hubungan antara laki-laki dan perempuan.

Dimana mereka beranggapan bahwa cinta itu suatu maksiat, karena sesungguhnya dia memahami cinta itu dari apa-apa yang dia lihat dari lelaki-lelaki rusak dan perempuan-perempuan rusak yang diantara mereka menegakkan hubungan yang tidak disyariatkan.

Mereka saling duduk, bermalam, saling bercanda, saling menari dan minum-minum, bahkan sampai mereka berzina di bawah semboyan cinta. Mereka mengira bahwa ‘cinta’ tidak ada lain kecuali yang demikian itu. Padahal sebenarnya tidak begitu, tetapi justru sebaliknya.
Sesungguhnya kecenderungan seorang lelaki pada wanita dan kecenderungan wanita pada lelaki itu merupakan syahwat dari syahwat-syahwat yang telah Allah hiaskan pada manusia dalam masalah cinta. Artinya Allah menjadikan di dalam syahwat apa-apa yang menyebabkan hati laki-laki itu cenderung pada wanita.

Sebagaimana firman Allah SWT : ”Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak..” (QS. Ali-’Imran : 14)

Allah-lah yang menghiasi bagi manusia untuk cinta pada syahwat ini, maka manusia mencintainya dengan cinta yang besar dan sungguh telah tersebut dalam hadits bahwa Rasulullah bersabda : “Diberi rasa cinta padaku dari dunia kalian : wanita dan wangi-wangian dan dijadikan penyejuk mataku dalam sholat” (HR. Ahmad, Nasa’i, Hakim dan Baihaqi).

Andaikan tidak ada rasa cinta lelaki pada wanita atau sebaliknya, maka tidak ada pernikahan, tidak ada keturunan dan tidak ada keluarga. Namun, Allah SWT tidaklah menjadikan lelaki cinta pada wanita atau sebaliknya supaya menumbuhkan diantara keduanya hubungan yang diharamkan, tetapi untuk menegakkan hukum-hukum yang disyari’atkan dalam bersuami isteri, sebagaimana tercantum dalam hadits Ibnu Majah, dari Abdullah bin Abbas r.a berkata : telah bersabda Rasulullah : ”Tidak terlihat dua orang yang saling mencintai, seperti pernikahan”

Dan agar orang-orang Islam menjauhi jalan-jalan yang rusak atau keji, maka Allah telah menyuruh yang pertama kali agar menundukan pandangan, karena ‘pandangan’ itu kuncinya hati, dan Allah telah haramkan semua sebab-sebab yang mengantarkan pada fitnah, dan kekejian, seperti berduaan dengan orang yang bukan mahramnya, bersenggolan, bersalaman, berciuman antara lelaki dan wanita, karena perkara ini dapat menyebabkan condongnya hati. Maka bila hati telah condong, dia akan sulit sekali menahan jiwa setelah itu, kecuali yang dirahmati Allah SWT.

Bahwa Allah tidak akan menyiksa manusia dalam kecenderungan hatinya. Akan tetapi manusia akan disiksa dengan sebab jika kecenderungan itu diikuti dengan amalan-amalan yang diharamkan.

Contohnya : apabila lelaki dan wanita saling pandang memandang atau berduaan atau duduk cerita panjang lebar, lalu cenderunglah hati keduanya dan satu sama lainnya saling mencinta, maka kecondongan ini tidak akan menyebabkan keduanya disiksanya, karena hal itu berkaitan dengan hati, sedang manusia tidak bisa untuk menguasai hatinya. Akan tetapi, keduanya diazab karena apa yang dia lakukan. Dan karena keduanya melakukan sebab-sebab yang menyampaikan pada ‘cinta’, seperti perkara yang telah kami sebutkan. Dan keduanya akan dimintai pertanggungjawaban, dan akan disiksa juga dari setiap keharaman yang dia perbuat setelah itu.

Adapun cinta yang murni yang dijaga kehormatannya, maka tidak ada dosa padanya, bahkan telah disebutkan oleh sebagian ulama seperti Imam Suyuthi, bahwa orang yang mencintai seseorang lalu menjaga kehormatan dirinya dan dia menyembunyikan cintanya maka dia diberi pahala, sebagaimana akan dijelaskan dalam ucapan kami dalam bab ‘Rindu’.

Dan dalam keadaan yang mutlak, sesungguhnya yang paling selamat yaitu menjauhi semua sebab-sebab yang menjerumuskan hati dalam persekutuan cinta dan mengantarkan pada bahaya-bahaya yang banyak, namun.. sangat sedikit mereka yang selamat.

Rindu (Al-’Isyq).
Rindu itu ialah cinta yang berlebihan, dan ada rindu yang disertai dengan menjaga diri dan ada juga yang diikuti dengan kerendahan. Maka rindu tersebut bukanlah hal yang tercela dan keji secara mutlak. Tetapi bisa jadi orang yang rindu itu, rindunya disertai dengan menjaga diri dan kesucian dan kadang-kadang ada rindu itu disertai kerendahan dan kehinaan.

Sebagaimana telah disebutkan, dalam ucapan kami tentang cinta maka rindu juga seperti itu, termasuk amalan hati, yang orang tidak mampu menguasainya. Tapi manusia akan dihisab atas sebab-sebab yang diharamkan dan atas hasil-hasilnya yang haram.

Adapun rindu yang disertai dengan menjaga diri padanya dan menyembunyikannya dari orang-orang, maka padanya pahala, bahkan Ath-Thohawi menukil dalam kitab Haasyi’ah Marakil Falah dari Imam Suyuthi yang mengatakan bahwa termasuk dari golongan syuhada di akhirat ialah orang-orang yang mati dalam kerinduan dengan tetap menjaga kehormatan diri dan disembunyikan dari orang-orang meskipun kerinduan itu timbul dari perkara yang haram sebagaimana pembahasan dalam masalah cinta.

Makna ucapan Suyuthi adalah orang-orang yang memendam kerinduan baik laki-laki maupun perempuan, dengan tetap menjaga kehormatan dan menyembunyikan kerinduannya sebab dia tidak mampu untuk mendapatkan apa yang dirindukannya dan bersabar atasnya sampai mati karena kerinduan tersebut maka dia mendapatkan pahala syahid di akhirat.

Hal ini tidak aneh jika di fahami kesabaran orang ini dalam kerinduan bukan dalam kefajiran yang mengikuti syahwat dan dia bukan orang yang rendah yang melecehkan kehormatan manusia bahkan dia adalah seorang yang sabar, menjaga diri meskipun dalam hatinya ada kekuatan dan ada keterkaitan dengan yang dirindui, dia tahan kekerasan jiwanya, dia ikat anggota badannya sebab ini di bawah kekuasaannya.

Adapun hatinya dia tidak bisa menguasai maka dia bersabar atasnya dengan sikap afaf (menjaga diri) dan menyembunyikan kerinduannya sehingga dengan itu dia mendapat pahala.

Cemburu (Al-Ghairah).

Cemburu ialah kebencian seseorang untuk disamai dengan orang lain dalam hak-haknya, dan itu merupakan salah satu akibat dari buah cinta. Maka tidak ada cemburu kecuali bagi orang yang mencintai. Dan cemburu itu termasuk sifat yang baik dan bagian yang mulia, baik pada laki-laki atau wanita.

Ketika seorang wanita cemburu maka dia akan sangat marah ketika suaminya tidak setia dan ini fitrah padanya. Sebab perempuan tidak akan menerima ketidak setiaan karena kecemburuannya pada suami, dia senang bila diutamakan, sebab dia mencintai suaminya. Jika dia tidak mencintai suaminya, dia tidak akan peduli.

Adapun kecemburuan seorang laki-laki pada keluarganya dan kehormatannya, maka hal tersebut ‘dituntut dan wajib’ baginya karena termasuk kewajiban seorang laki-laki untuk cemburu pada kehormatannya dan kemuliaannya.

Dan dengan adanya kecemburuan ini, akan menolak adanya kemungkaran di keluarganya. Adapun contoh kecemburuan dia pada isteri dan anak-anaknya, yaitu dengan cara tidak rela kalau mereka telanjang dan membuka tabir di depan laki-laki yang bukan mahramnya, bercanda bersama mereka, hingga seolah-olah laki-laki itu saudaranya atau anak-anaknya.

Anehnya bahwa kecemburuan seperti ini, di jaman kita sekarang dianggap ekstrim-fanatik, dan lain-lain. Akan tetapi akan hilang keheranan itu ketika kita sebutkan bahwa manusia di jaman kita sekarang ini telah hidup dengan adat barat yang jelek.

Dan maklum bahwa masyarakat barat umumnya tidak mengenal makna aib, kehormatan dan tidak kenal kemuliaan, karena serba boleh (permisivisme), mengumbar hawa nafsu kebebasan saja. Maka orang-orang yang mengagumi pada akhlaq-akhlaq barat ini tidak mau memperhatikan pada akhlaq Islam yang dibangun atas dasar penjagaan kehormatan, kemuliaan dan keutamaan. 

Sesungguhnya Rasulullah SAW telah mensifati seorang laki-laki yang tidak cemburu pada keluarganya dengan sifat-sifat yang jelek, yaitu ‘Dayyuuts’. Sungguh ada dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabraani dari Amar bin Yasir r.a, serta dari Al-Hakim, Ahmad dan Baihaqi dari Abdullah bin Amr r.a, dari Rasulullah bahwa :

“Ada tiga golongan yang tidak akan masuk surga yaitu peminum khamr, pendurhaka orang tua dan dayyuts. Kemudian Nabi menjelaskan tentang dayyuts, yaitu orang yang membiarkan keluarganya dalam kekejian atau kerusakan, dan keharaman”.

“Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu” (QS. Al-Baqarah 2 : 45).

Maha Suci Engkau ya Allah, Tuhan Segala Kemuliaan. Curahkanlah rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, juga kepada para keluarga dan sahabatnya. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta Alam. Amiin.

Beberapa Sunnah khusus Untuk Wanita


  1. Jika karena keperluan, seorang wanita terpaksa harus pergi keluar rumah, maka sebaiknya ia berjalan di pinggir jalan, tidak ditengahnya. (Hr. Abu Dawud)

  2. Wanita lebih baik unutk merasa puas dengan perhiasan perak dan tidak memaksakan untuk memiliki perhiasan emas (Hr. Abu Dawud)

  3. Barang siapa yang memakai perhiasan emas (karena kesombongan dan kesia siaan) akan diazab di akhirat. (Hr. Abu Dawud)

  4. Wanita tidak boleh memakai perhiasan yang dapat menyebabkan bunyi gemerincing apabila ia bergerak.

  5. Lebih baik bagi wanita untuk selalu memakai mendhi (henna/pacar) pada tangannya. (Hr. Abu Dawud)

  6. Nabi SAW. bersabda bahwa wangi-wangian (parfum) yang dipakai wanita sebaiknya tidak berbau menyengat. (Hr. Abu Dawud)

  7. Wanita (termasuk gadis-gadis) tidak tidak boleh memakai pakain yang tipis sehingga tembus pandang. (Hr. Abu Dawud)

  8. Jika memakai tutup kepala yang tipis, maka sehelai kerudung yang tebal harus dipakai diatasnya. Demiakian juga, apabila memakai pakaian dalam (baju) yang tipis, maka pakaian tebal dan longgar harus dipakai diatasnya. (Hr. Abu Dawud)

  9. Wanita tidak boleh memakai pakaian yang dapat memperlihatkan garis bentuk atau lekuk tubuhnya. (Hr. Abu Dawud)

  10. Pada waktu kapanpun dan dimanapun seorang wanita tidak boleh bersama dengan laki-laki yang bukan mahramnya.

Dampak Limbah


1. Limbah Industri Pangan

Sektor Industri/usaha kecil pangan yang mencemari lingkungan antara lain ; tahu, tempe, tapioka dan pengolahan ikan (industri hasil laut). Limbah usaha kecil pangan dapat menimbulkan masalah dalam penanganannya karena mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein, lemak , garam-garam, mineral, dan sisa0sisa bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan dan pembersihan. Sebagai contohnya limbah industri tahu, tempe, tapioka industri hasil laut dan industri pangan lainnya, dapat menimbulkan bau yang menyengat dan polusi berat pada air bila pembuangannya tidak diberi perlakuan yang tepat. 

Air buangan (efluen) atau limbah buangan dari pengolahan pangan dengan Biological Oxygen Demand ( BOD) tinggi dan mengandung polutan seperti tanah, larutan alkohol, panas dan insektisida. Apabila efluen dibuang langsung ke suatu perairan akibatnya menganggu seluruh keseimbangan ekologik dan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya.

2. Limbah Industri Kimia & Bahan Bangunan

Industri kimia seperti alkohol dalam proses pembuatannya membutuhkan air sangat besar, mengeakibatkan pula besarnya limbah cair yang dikeluarkan kelingkungan sekitarnya. Air limbahnya bersifat mencemari karena didalamnya terkandung mikroorganisme, senyawa organik dan anorganik baik terlarut maupun tersuspensi serta senyawa tambahan yang terbentuk selama proses permentasi berlangsung.
Industri ini mempunyai limbah cair selain dari proses produksinya juga, air sisa pencucian peralatan, limbah padat berupa onggokan hasil perasan, endapan Ca SO4, gas berupa uap alkohol. kategori limbah industri ini adalah llimbah bahan beracun berbahayan (B3) yang mencemari air dan udara.

Gangguan terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan efek bahan kimia toksik :

  • Keracunan yang akut, yakni keracunan akibat masuknya dosis tertentu kedalam tubuh melalui mulut, kulit, pernafasan dan akibatnya dapat dilihat dengan segera, misalnya keracunan H2S, Co dalan dosis tinggi. Dapat menimbulkan lemas dan kematian. Keracunan Fenal dapat menimbulkan sakit perut dan sebagainya. 
  • Keracunan kronis, sebagai akibat masuknya zat-zat toksis kedalam tubuh dalam dosis yang kecil tetapi terus menerus dan berakumulasi dalam tubuh, sehingga efeknya baru terasa dalam jangka panjang misalnya keracunan timbal, arsen, raksa, asbes dan sebagainya. 

Industri fermentasi seperti alkohol disamping bisa membahayakan pekerja apabila menghirup zat dalam udara selama bekerja apabila tidak sesuai dengan Threshol Limit Valued (TLV) gas atau uap beracun dari industri juga dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat sekitar.

Kegiatan lain sektor ini yang mencemari lingkungan adalah industri yang menggunakan bahan baku dari barang galian seperti batako putih, genteng, batu kapur/gamping dan kerajinan batu bata. Pencemaran timbul sebagai akibat dari penggalian yang dilakukan terus-menerus sehingga meninggalkan kubah0kubah yang sudah tidak mengandung hara sehingga apabila tidak dikreklamasi tidak dapat ditanami untuk ladang pertanian.

3. Limbah Industri Sandang Kulit & Aneka

Sektor sandang dan kulit seperti pencucian batik, batik printing, penyamakan kuit dapat mengakibatkan pencemaran karena dalam proses pencucian memerlukanair sebagai mediumnya dalam jumlah yang besar. Proses ini menimbulkan air buangan (bekas Proses) yang besar pula, dimana air buangan mengandung sisa-sisa warna, BOD tinggi, kadar minyak tinggi dan beracun (mengandung limbah B3 yang tinggi).

4. Limbah Industri Logam & Ekektronika

Bahan buangan yang dihasilkan dari industr besi baja seperti mesin bubut, cor logam dapat menimbulkan pemcemaran lingkungan. Sebagian besar bahan pencemarannya berupa debu, asap dan gas yang mengotori udarasekitarnya. Selain pencemaran udara oleh bahan buangan, kebisingan yang ditimbulkan mesin dalam industri baja (logam) mengganggu ketenangan sekitarnya. kadar bahan pencemar yang tinggi dan tingkat kebisingan yang berlebihan dapat mengganggu kesehatan manusia baik yang bekerja dalam pabrik maupun masyarakat sekitar.

Walaupun industri baja/logam tidak menggunakan larutan kimia, tetapi industri ini memcemari air karena buanganya dapat mengandung minyak pelumas dan asam-asam yang berasal dari proses pickling untukmembersihkan bahan plat, sedangkan bahan buangan padat dapat dimanfaatkan kembali.
Bahaya dari bahan-bahan pencemar yang mungkin dihaslkan dari proses-proses dalam industri besi-baja/logam terhadap kesehatan yaitu :

  • Debu, dapat menyebabkan iritasi, sesak nafas 
  • Kebisingan, mengganggu pendengaran, menyempitkan pembuluh darah, ketegangan otot, menurunya kewaspadaan, kosentrasi pemikiran dan efisiensi kerja. 
  • Karbon Monoksida (CO), dapat menyebabkan gangguan serius, yang diawali dengan napas pendek dan sakit kepala, berat, pusing-pusing pikiran kacau dan melemahkan penglihatan dan pendengaran. Bila keracunan berat, dapat mengakibatkan pingsan yang bisa diikuti dengan kematian. 
  • Karbon Dioksida (CO2), dapat mengakibatkan sesak nafas, kemudian sakit kepala, pusing-pusing, nafas pendek, otot lemah, mengantuk dan telinganya berdenging. 
  • Belerang Dioksida (SO2), pada konsentrasi 6-12 ppm dapat menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan, peradangan lensa mata (pada konsentrasi 20 ppm), pembengkakan paru-paru/celah suara. 
  • Minyak pelumas, buangan dapat menghambat proses oksidasi biologi dari sistem lingkungan, bila bahan pencemar dialirkan keseungai, kolam atau sawah dan sebagainya. 
  • Asap, dapat mengganggu pernafasan, menghalangi pandangan, dan bila tercampur dengan gas CO2, SO2, maka akan memberikan pengaruh yang nenbahayakan seperti yang telah diuraikan diatas. 


98 Langkah Menuju Kesempurnaan Iman


  1. Bersyukur apabila mendapat nikmat;
  2. Sabar apabila mendapat kesulitan;
  3. Tawakal apabila mempunyai rencana/program;
  4. Ikhlas dalam segala amal perbuatan;
  5. Jangan membiarkan hati larut dalam kesedihan;
  6. Jangan menyesal atas sesuatu kegagalan;
  7. Jangan putus asa dalam menghadapi kesulitan;
  8. Jangan usil dengan kekayaan orang;
  9. Jangan hasad dan iri atas kesuksessan orang;
  10. Jangan sombong kalau memperoleh kesuksessan;
  11. Jangan tamak kepada harta;
  12. Jangan terlalu ambitious akan sesuatu kedudukan;
  13. Jangan hancur karena kezaliman;
  14. Jangan goyah karena fitnah;
  15. Jangan berkeinginan terlalu tinggi yang melebihi kemampuan diri.
  16. Jangan campuri harta dengan harta yang haram;
  17. Jangan sakiti ayah dan ibu;
  18. Jangan usir orang yang meminta-minta;
  19. Jangan sakiti anak yatim;
  20. Jauhkan diri dari dosa-dosa yang besar;
  21. Jangan membiasakan diri melakukan dosa-dosa kecil;
  22. Banyak berkunjung ke rumah Allah (masjid);
  23. Lakukan shalat dengan ikhlas dan khusyu;
  24. Lakukan shalat fardhu di awal waktu, berjamaah di masjid;
  25. Biasakan shalat malam;
  26. Perbanyak dzikir dan do’a kepada Allah;
  27. Lakukan puasa wajib dan puasa sunat;
  28. Sayangi dan santuni fakir miskin;
  29. Jangan ada rasa takut kecuali hanya kepada Allah;
  30. Jangan marah berlebih-lebihan;
  31. Cintailah seseorang dengan tidak berlebih-lebihan;
  32. Bersatulah karena Allah dan berpisahlah karena Allah;
  33. Berlatihlah konsentrasi pikiran;
  34. Penuhi janji apabila telah diikrarkan dan mintalah maaf apabila karena sesuatu sebab tidak dapat dipenuhi;
  35. Jangan mempunyai musuh, kecuali dengan iblis/syaitan;
  36. Jangan percaya ramalan manusia;
  37. Jangan terlampau takut miskin;
  38. Hormatilah setiap orang;
  39. Jangan terlampau takut kepada manusia;
  40. Jangan sombong, takabur dan besar kepala;
  41. Berlakulah adil dalam segala urusan;
  42. Biasakan istighfar dan taubat kepada Allah;
  43. Hiasi rumah dengan bacaan Al-Quran;
  44. Perbanyak silaturrahim;
  45. Tutup aurat sesuai dengan petunjuk Islam;
  46. Bicaralah secukupnya;
  47. Beristeri/bersuami kalau sudah siap segala-galanya;
  48. Hargai waktu, disiplin waktu dan manfaatkan waktu;
  49. Biasakan hidup bersih, tertib dan teratur;
  50. Jauhkan diri dari penyakit-penyakit bathin;
  51. Sediakan waktu untuk santai dengan keluarga;
  52. Makanlah secukupnya tidak kekurangan dan tidak berlebihan;
  53. Hormatilah kepada guru dan ulama;
  54. Sering-sering bershalawat kepada nabi;
  55. Cintai keluarga Nabi saw;
  56. Jangan terlalu banyak hutang;
  57. Jangan terlampau mudah berjanji;
  58. Selalu ingat akan saat kematian dan sedar bahawa kehidupan dunia adalah kehidupan sementara;
  59. Jauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat seperti mengobrol yang tidak berguna;
  60. Bergaul lah dengan orang-orang soleh;
  61. Sering bangun di penghujung malam, berdoa dan beristighfar;
  62. Lakukan ibadah haji dan umrah apabila sudah mampu;
  63. Maafkan orang lain yang berbuat salah kepada kita;
  64. Jangan dendam dan jangan ada keinginan membalas kejahatan dengan kejahatan lagi;
  65. Jangan membenci seseorang karena pahaman dan pendiriannya;
  66. Jangan benci kepada orang yang membenci kita;
  67. Berlatih untuk berterus terang dalam menentukan sesuatu pilihan
  68. Ringankan beban orang lain dan tolonglah mereka yang mendapatkan kesulitan.
  69. Jangan melukai hati orang lain;
  70. Jangan membiasakan berkata dusta;
  71. Berlakulah adil, walaupun kita sendiri akan mendapatkan kerugian;
  72. Jagalah amanah dengan penuh tanggung jawab;
  73. Laksanakan segala tugas dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan;
  74. Hormati orang lain yang lebih tua dari kita
  75. Jangan membuka aib orang lain;
  76. Lihatlah orang yang lebih miskin daripada kita, lihat pula orang yang lebih berprestasi dari kita;
  77. Ambilah pelajaran dari pengalaman orang-orang arif dan bijaksana;
  78. Sediakan waktu untuk merenung apa-apa yang sudah dilakukan;
  79. Jangan sedih karena miskin dan jangan sombong karena kaya;
  80. Jadilah manusia yang selalu bermanfaat untuk agama,bangsa dan negara;
  81. Kenali kekurangan diri dan kenali pula kelebihan orang lain;
  82. Jangan membuat orang lain menderita dan sengsara;
  83. Berkatalah yang baik-baik atau tidak berkata apa-apa;
  84. Hargai prestasi dan pemberian orang;
  85. Jangan habiskan waktu untuk sekedar hiburan dan kesenangan;
  86. Akrablah dengan setiap orang, walaupun yang bersangkutan tidak menyenangkan.
  87. Sediakan waktu untuk berolahraga yang sesuai dengan norma-norma agama dan kondisi diri kita;
  88. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan fisikal atau mental kita menjadi terganggu;
  89. Ikutilah nasihat orang-orang yang arif dan bijaksana;
  90. Pandai-pandailah untuk melupakan kesalahan orang dan pandai-pandailah untuk melupakan jasa kita;
  91. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan orang lain terganggu dan jangan berkata sesuatu yang dapat menyebabkan orang lain terhina;
  92. Jangan cepat percaya kepada berita jelek yang menyangkut teman kita sebelum dipastikan kebenarannya;
  93. Jangan menunda-nunda pelaksanaan tugas dan kewajiban;
  94. Sambutlah huluran tangan setiap orang dengan penuh keakraban dan keramahan dan tidak berlebihan;
  95. Jangan memforsir diri untuk melakukan sesuatu yang diluar kemampuan diri;
  96. Waspadalah akan setiap ujian, cobaan, godaan dan tentangan. Jangan lari dari kenyataan kehidupan;
  97. Yakinlah bahwa setiap kebajikan akan melahirkan kebaikan dan setiap kejahatan akan melahirkan merusakan;
  98. Jangan sukses di atas penderitaan orang dan jangan kaya dengan memiskinkan orang

  99. “Sebarkanlah walau satu ayat pun” (Sabda Rasulullah SAW) “Nescaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (Surah Al-Ahzab:71)
    Salam Ukhwa

Wanita Shaliha Tidak Memandang dan Dipandang


Nilai wanita bukan terletak pada pakaiannya yang menonjol, berhias diri untuk memperlihatkan kecantikannya, tetapi hakikatnya ialah pada kesopanan, rasa malu dan keterbatasan dalam pergaulan.

Wanita solehah itu adalah wanita yang tegar menjaga maruah serta apa yang lahir dari dirinya, dari ujung rambut hingga ujung kaki, termasuklah wajahnya, suaranya, senyum tawanya, jalannya, tulisannya,bahkan namanya sekalipun.

Wajah bukan aurat tetapi ada kalanya ia menjadi aurat

Dalam mazhab Imam Syafie berdasarkan ayat ke-30 dalam surah an-Nur.
Allah melarang wanita beriman menunjukkan perhiasannya, kecuali apa yang telah zahir daripadanya.

Ulama Syafie berpendapat makna "apa yang zahir daripadanya" adalah muka dan tapak tangan, tetapi bagi wajah yang bisa mengundang fitnah, ia tetap menjadi aurat.
Wanita yang khawatir wajahnya dapat melalaikan lelaki yang memandangnya pasti akan menganggapnya sebagai aurat, lalu mengenakan purdah/niqab pada wajahnya.

Mungkin berat bagi remaja untuk mengamalkannya, tapi cukuplah dengan tidak terlalu menonjolkan diri di hadapan lawan jenis atau tidak menjadikan wajah kita sebagai pajangan umum seperti friendster, facebook dan lain-lain.

Suaranya bukan aurat, tapi ada kalanya ia menjadi aurat.

Wanita yang memahami arti kesolehan tidak akan melembutkan suaranya di hadapan ajnabi kerana memahami perintah Allah SWT.
"Maka janganlah kamu melemah lembutkan suara dalam bebicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit hatinya." (Surah Al-Ahzab, 33)

Jadi, bertegaslah apabila berurusan dengan lelaki ajnabi.
Berurusanlah dengan ajnabi tanpa mendatangkan keadaan khalwat (berdua-duaan).
Khalwat paling mudah terjadi dalam hubungan cinta terlarang(Pacaran.red). Khalwat juga adalah bunga-bunga zina.

Bersenda gurau di telefon atau SMS di antara lelaki dan wanita kerana dasar cinta terlarang sehingga menyebabkan nafsu syahwat bergelora juga termasuk sebagai khalwat kerana termasuk berdua-duaan.

Sayyidina Umar r.a berkata, "Aku lebih rela berjalan di belakang seekor singa daripada berjalan di belakang seorang wanita."
Seorang wanita solehah tidak akan membiarkan lelaki berjalan di belakangnya kerana dia faham seribu satu fitnah bisa timbul dari keadaan tersebut.

Bagaimana pula keadaan wanita yang tidak melabuhkan jilbabnya apabila lelaki berjalan di belakangnya?

Maka, labuhkanlah kerudungmu.

Ketahuilah bahwa pada pagi hari perintah berjilbab diwahyukan kepada Rasulullah SAW,seorang sahabiyah yang masih tidak tahu tentang wahyu tersebut telah keluar dari rumahnya tanpa jilbab. Kemudian seseorang telah menegurnya, "Mengapa engkau tidak berjilbab, adakah engkau tidak tahu tentang perintah memakainya?"

Lalu wanita tersebut berhenti melangkah dan menyuruh seseorang mengambil jilbabnya, lalu beliau berkata, "Aku tidak mau selangkah pun aku berjalan dalam keadaan melanggari perintah Allah SWT."

Malangnya hari ini apa yang terjadi kepada wanita Islam; bertahun-tahun belajar Islam tetapi masih tiada kekuatan untuk mengamalkannya.

Saudariku,
Bangkitlah dari lenamu yang panjang dan tidak berkesudahan.
Sekali kamu terjatuh, jangan biarkan diri kamu jatuh selamanya.
Kamu punya kekuatan untuk bangkit semula, walaupun kita berdosa sebanyak buih yang memutih di lautan.
Yakinlah kasih sayang dan keampunan Allah terlalu luas.

Saudariku,
Hidup ini seperti mimpi, seorang pengemis bermimpi menjadi seorang raja, dipuji dan dipuja, segala kemuliaan dan kekayaan tunduk kepadanya, tapi bila dia sedar dari lenanya, dia masih seorang pengemis yang miskin dan tidak punya apa-apa.
Seorang raja yang bermimpi, menjadi seorang pengemis yang miskin dan hodoh, dia dihina dan dikeji di setiap persimpangan yang dilalui, tapi bila raja itu sedar dari lena, dia tetap seorang raja.

Matanglah dalam urusan akhiratmu. Jangan kerana kesenangan dunia yang sementara, kau sanggup menanggung sengsara di akhirat selamanya.

Janganlah kerana kasih makhluk yang sementara, kau hilang kasih Allah SWT di akhirat sana. Jika kau kehilangan cinta Allah SWT, niscaya kau akan kehilangan segalanya.

Saudariku,
Sayyidah Aisyah RA pernah berpesan,
"Sebaik-baik wanita adalah yang tidak memandang dan dipandang"
Jangan kau merasa bangga dengan kecantikanmu sehingga kau dikejar jutaan lelaki. Itu bukan kemuliaan bagimu.
Jika kau berasa bangga, kau menyamakan dirimu dengan pepasir di pantai, yang boleh dipijak dan dimiliki sesiapa saja.
Muliakanlah dirimu dengan taqwa, setanding mutiara Zabarjad, yang hanya mampu dimiliki penghuni syurga

Teknik Foto Potret


Potret atau Fotografi Potret merupakan seni fotografi yang menarik. Karena pada fotografi potret akan menampilkan obyek manusia, baik secara individual maupun kelompok, yang menonjolkan unsur kepribadian obyek foto tersebut. Yang termasuk foto potret adalah foto orang yang dicintai, foto teman-teman maupun anggota keluarga. Sebuah foto potret akan menampilkan orang dalam bentuk seluruh badan, atau separuh badan (pinggang ke kepala), atau close up yaitu wajah dan bahu saja atau bahkan kepala saja.
Kumpulan.info - Untuk membuat foto berupa potret membutuhkan perencanaan yang baik. Kualitas foto bukan sekadar hasil jepretan kamera saja, namun dapat menampilkan makna dari kepribadian dan ekspresi orang yang ada dalam foto tersebut. Yang perlu diperhatikan tidak hanya subyek foto tersebut, namun juga pencahayaan, latar belakang, set, lokasi, pose, ekspresi muka dan warna. Meski mungkin Anda tidak mampu mengambil foto potret seindah fotografer profesional, namun dengan mempelajari beberapa teknik dasarnya, Anda bisa membuat foto potret sendiri.

Berikut ini beberapa tips dan saran untuk membuat foto potret yang baik.

1. Bagaimana cara membuat seseorang tersenyum di depan kamera?

Pastikan subyek yang Anda foto dalam kondisi atau mood yang baik untuk difoto. Misalnya Anda ingin membuat foto seorang anak kecil, maka pastikan bahwa ia tidak dalam kondisi lelah atau lapar. Juga pastikan subyek yang Anda foto tidak dalam kondisi lelah karena dapat membuat wajah dan matanya menjadi lebih tegang. Anda dapat memberikan sedikit waktu untuk beristirahat atau menikmati makanan ringan sebelum sesi pemotretan dimulai. Dengan memberi waktu jedah istirahat sambil menikmati cemilan, Anda akan membangun interaksi yang baik dengan subyek foto Anda. Bersikap ramah dan berbicaralah dengannya yang akan membantunya lebih rileks.
Namun jangan membuat situasi menjadi lucu hingga subyek tersebut tertawa terbahak-bahak. Karena hal ini dapat membuat matanya menjadi juling dan membuat aliran darah di wajah lebih banyak. Cobalah mengambil gambar dengan ekspresi wajah yang berbeda-beda. Semakin banyak foto yang Anda buat, semakin banyak kesempatan memperoleh foto terbaik yang menampilkan karakter orang tersebut.

2. Bagaimana penanganan orang yang menggunakan kacamata?

Kacamata dapat menimbulkan pantulan cahaya dan membuat silau. Karena itu Anda dapat melihatnya dari viewfinder atau layar LCD kamera Anda, apakah ada pantulan cahaya yang mengganggu. Jika ternyata ada pantulan cahaya di kacamata subyek yang Anda foto, Anda dapat memintanya untuk menggerakkan kepalanya secara perlahan hingga pantulan cahaya tersebut hilang dari titik tengah matanya. Anda juga dapat memintanya sedikit menundukkan kepalanya, namun berhati-hatilah agar tidak terjadi lipatan pada dagunya jika terlalu menunduk.

3. Bagaimana dengan pakaian dan penampilan?

Jika Anda akan mengambil foto sekelompok orang, perhatikan juga warna pakaian. Gunakan warna yang enak dipandang. Atau Anda dapat juga meminta mereka menggunakan warna yang sama.
Jika Anda akan mengambil foto seseorang, warna pakaian juga perlu diperhatikan. Jika Anda ingin memfoto seseorang berbadan besar, maka sebaiknya ia menggunakan pakaian berwarna gelap. Sebaliknya jika subyek Anda berbadan kurus atau kecil, maka mintalah ia menggunakan pakaian berwarna terang.
Lalu pastikan pakaian tidak kusut saat difoto. Jika orang tersebut menggunakan dasi, perhatikan apakah dasinya sudah lurus dan rapi. Lalu pastikan rambutnya telah rapi. Mata Anda mungkin tidak mampu memperhatikan ada helai rambut yang keluar dan mengganggu, namun lensa kamera akan menangkapnya dengan jelas. Lalu jika Anda akan mengambil gambar seorang wanita, Anda dapat memperhatikan make up yang digunakan telah sesuai.

4. Apa yang perlu diperhatikan saat foto outdoor atau di luar ruangan?

Saat mengambil foto di luar ruangan, perhatikan situasi yang menjadi latar belakang foto tersebut. Pilihlah pohon, bunga, pagar kayu, atau tembok rumah sebagai latar belakang. Jangan mengambil foto dengan latar kegiatan yang sibuk seperti jalan raya, kabel listrik, atau daerah bisnis dan sibuk. Hal ini dapat mengurangi keindahan hasil foto Anda. Ingatlah subyek Anda dalam foto potret adalah orang yang akan Anda foto saja dan bukan latar belakangnya.

5. Apa yang perlu diperhatikan saat foto indoor atau di dalam ruangan?

Jika Anda mengambil foto di dalam ruangan, Anda bisa mempersilahkan subyek yang Anda foto untuk duduk di kursi atau sofa yang diletakkan di depan sebuah tembok berwarna cerah atau di dekat tanaman indoor
Anda juga dapat mengatur agar latar belakang foto tersebut menggambarkan pekerjaan dan kegiatan favorit dari subyek yang Anda foto. Misalnya Anda dapat meletakkan meja atau alat jahit sebagai latar belakang.

6. Lensa apa yang cocok untuk foto potret?

Anda dapat menggunakan lensa antara 105 sampai 150 mm untuk mengambil foto potret. Jika Anda tidak dapat mengganti atau mengatur lensa kamera Anda, misalnya kamera saku (pocket camera), Anda dapat mengatur jarak antara Anda dan subyek yang difoto. Cobalah mendekati atau menjauh dari subyek hingga Anda mendapatkan posisi foto yang paling tepat.

7. Bagaimana komposisi foto yang tepat?

Anda dapat menyisakan sedikit jarak dari subyek yang Anda foto ke sisi foto tersebut. Jarak ini berguna jika Anda akan membuat bingkai untuk foto tersebut sehingga tidak akan memotong bagian tubuh subyek yang Anda foto.
Lalu posisikan wajah atau mata dari subyek foto Anda pada area kira-kira sepertiga bagian atas atau samping atau bawah foto Anda. Dalam ilmu fotografi, teknik ini dikenal dengan nama rule of thirds. Anda juga dapat menjadikan mata dari subyek foto di bagian tengah foto Anda.

8. Bagaimana dengan posisi dan sikap dari subyek foto?

Pastikan subyek yang Anda foto dalam posisi rileks, baik saat berdiri, duduk, atau berbaring. Jika wajahnya terlalu bulat, mintalah subyek foto Anda untuk sedikit memutar kepala atau badannya sehingga hanya sebagian dari wajahnya terkena pencahayaan. Hal ini akan membuat wajahnya lebih ramping.
Perhatikan posisi tubuh yang lain, seperti tangan dan kaki. Pastikan posisi tubuh dalam posisi alami atau natural. Cobalah agar subyek yang Anda foto memegang sesuatu atau melakukan pose yang alamiah. Jangan biarkan kedua tangan lurus ke bawah di samping tubuh. Hal ini sering dilakukan fotografer pemula namun akan membuat subyek terlihat kaku dalam foto.

9. Bagaimana cara mengambil gambar subyek pasangan?

Mintalah mereka untuk sedikit memiringkan kepala satu sama lain. Hal ini untuk menghindari kepala mereka sama tinggi. Cobalah menempatkan tinggi hidung salah satu orang pada ketinggian mata orang lainnya.

10. Bagaimana dengan pencahayaan?

Jika Anda mengambil foto di luar ruangan (outdoor), saat terbaik adalah pada sore hari, karena udara lebih tenang dan warna cahaya terlihat lebih hangat. Hindari cahaya matahari terlalu terik sehingga membuat mata dari subyek foto Anda menjadi sipit karena terlalu silau.

Jika matahari terlalu terik, posisikan agar matahari menyinari dari belakang subyek foto Anda. Memang hal ini akan menyebabkan wajahnya menjadi gelap karena menjadi bayangan matahari yang menyinari dari belakang. Anda dapat menggunakan flash atau blitz atau lampu kilat untuk menerangi daerah yang menjadi bayangan matahari. Anda juga dapat menggunakan reflector atau yang paling mudah menggunakan white board untuk memantulkan cahaya matahari ke bagian yang menjadi bayangan matahari.

Jika mengambil gambar di dalam ruangan (indoor), gunakan blitz untuk pencahayaan. Anda juga dapat mengambil gambar di dekat jendela yang memiliki pencahayaan lebih terang. Lakukan ini di daerah yang memiliki tembok berwarna putih atau terang, karena akan memantulkan cahaya dari blitz kamera Anda sehingga lebih memperkuat pencahayaan.

Sekarang Anda sudah siap untuk mengambil foto sahabat, anggota keluarga atau pasangan Anda dengan hasil yang lebih baik bahkan bisa menyamai hasil dari fotografer profesional. Selamat memotret!

Di Balik Kelembutan Suara Wanita

Banyak wanita di jaman ini yang merelakan dirinya menjadi komoditi. Tidak hanya wajah dan tubuhnya yang menjadi barang dagangan, suaranya pun bisa mendatangkan banyak rupiah

Ukhti Muslimah….
Suara empuk dan tawa canda seorang wanita terlalu sering kita dengarkan di sekitar kita, baik secara langsung atau lewat radio dan televisi. Terlebih lagi bila wanita itu berprofesi sebagai penyiar atau MC karena memang termasuk modal utamanya adalah suara yang indah dan merdu. Begitu mudahnya wanita tersebut memperdengarkan suaranya yang bak buluh perindu, tanpa ada rasa takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Padahal Dia telah memperingatkan:

“Maka janganlah kalian merendahkan suara dalam berbicara sehingga berkeinginan jeleklah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang ma‘ruf.” (Al Ahzab: 32)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga telah bersabda : “Wanita itu adalah aurat, apabila ia keluar rumah maka syaitan menghias-hiasinya (membuat indah dalam pandangan laki-laki sehingga ia terfitnah)”. (HR. At Tirmidzi, dishahihkan dengan syarat Muslim oleh Asy Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi`i dalam Ash Shahihul Musnad, 2/36).

Suara merupakan bagian dari wanita sehingga suara termasuk aurat, demikian fatwa yang disampaikan Asy Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al Fauzan dan Asy Syaikh Abdullah bin Abdirrahman Al Jibrin sebagaimana dinukil dalam kitab Fatawa Al Mar’ah Al Muslimah (1/ 431, 434)

Para wanita diwajibkan untuk menjauhi setiap perkara yang dapat mengantarkan kepada fitnah. Apabila ia memperdengarkan suaranya, kemudian dengan itu terfitnahlah kaum lelaki, maka seharusnya ia menghentikan ucapannya. Oleh karena itu para wanita diperintahkan untuk tidak mengeraskan suaranya ketika bertalbiyah1. Ketika mengingatkan imam yang keliru dalam shalatnya, wanita tidak boleh memperdengarkan suaranya dengan ber-tashbih sebagaimana laki-laki, tapi cukup menepukkan tangannya, sebagaimana tuntunan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: “Ucapan tashbih itu untuk laki-laki sedang tepuk tangan untuk wanita”. (HR. Al Bukhari no. 1203 dan Muslim no. 422)

Demikian pula dalam masalah adzan, tidak disyariatkan bagi wanita untuk mengumandangkannya lewat menara-menara masjid karena hal itu melazimkan suara yang keras.

Ketika terpaksa harus berbicara dengan laki-laki dikarenakan ada kebutuhan, wanita dilarang melembutkan dan memerdukan suaranya sebagaimana larangan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surat Al-Ahzab di atas. Dia dibolehkan hanya berbicara seperlunya, tanpa berpanjang kata melebihi keperluan semula.

Al Imam Ibnu Katsir rahimahullah u berkata dalam tafsirnya: “Makna dari ayat ini (Al-Ahzab: 32), ia berbicara dengan laki-laki yang bukan mahramnya tanpa melembutkan suaranya, yakni tidak seperti suaranya ketika berbicara dengan suaminya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/491).

Maksud penyakit dalam ayat ini adalah syahwat (nafsu/keinginan) berzina yang kadang-kadang bertambah kuat dalam hati ketika mendengar suara lembut seorang wanita atau ketika mendengar ucapan sepasang suami istri, atau yang semisalnya.

Suara Wanita di Radio dan Telepon

Asy Syaikh Muhammad Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah pernah ditanya: “Bolehkah seorang wanita berprofesi sebagai penyiar radio, di mana ia memperdengarkan suaranya kepada laki-laki yang bukan mahramnya? Apakah seorang laki-laki boleh berbicara dengan wanita melalui pesawat telepon atau secara langsung?”

Asy Syaikh menjawab: “Apabila seorang wanita bekerja di stasiun radio maka dapat dipastikan ia akan ikhtilath (bercampur baur) dengan kaum lelaki. Bahkan seringkali ia berdua saja dengan seorang laki-laki di ruang siaran. Yang seperti ini tidak diragukan lagi kemungkaran dan keharamannya. Telah jelas sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: “Jangan sekali-kali seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita.”

Ikhtilath yang seperti ini selamanya tidak akan dihalalkan. Terlebih lagi seorang wanita yang bekerja sebagai penyiar radio tentunya berusaha untuk menghiasi suaranya agar dapat memikat dan menarik. Yang demikian inipun merupakan bencana yang wajib dihindari disebabkan akan timbulnya fitnah.

Adapun mendengar suara wanita melalui telepon maka hal tersebut tidaklah mengapa dan tidak dilarang untuk berbicara dengan wanita melalui telepon. Yang tidak diperbolehkan adalah berlezat-lezat (menikmati) suara tersebut atau terus-menerus berbincang-bincang dengan wanita karena ingin menikmati suaranya. Seperti inilah yang diharamkan. Namun bila hanya sekedar memberi kabar atau meminta fatwa mengenai suatu permasalahan tertentu, atau tujuan lain yang semisalnya, maka hal ini diperbolehkan. Akan tetapi apabila timbul sikap-sikap lunak dan lemah-lembut, maka bergeser menjadi haram. Walaupun seandainya tidak terjadi yang demikian ini, namun tanpa sepengetahuan si wanita, laki-laki yang mengajaknya bicara ternyata menikmati dan berlezat-lezat dengan suaranya, maka haram bagi laki-laki tersebut dan wanita itu tidak boleh melanjutkan pembicaraannya seketika ia menyadarinya.

Sedangkan mengajak bicara wanita secara langsung maka tidak menjadi masalah, dengan syarat wanita tersebut berhijab dan aman dari fitnah. Misalnya wanita yang diajak bicara itu adalah orang yang telah dikenalnya, seperti istri saudara laki-lakinya (kakak/adik ipar), atau anak perempuan pamannya dan yang semisal mereka.” (Fatawa Al Mar‘ah Al Muslimah, 1/433-434).

Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdirrahman Al Jibrin menambahkan dalam fatwanya tentang permasalahan ini: “Wajib bagi wanita untuk bicara seperlunya melalui telepon, sama saja apakah dia yang memulai menelepon atau ia hanya menjawab orang yang menghubunginya lewat telepon, karena ia dalam keadaan terpaksa dan ada faidah yang didapatkan bagi kedua belah pihak di mana keperluan bisa tersampaikan padahal tempat saling berjauhan dan terjaga dari pembicaraan yang mendalam di luar kebutuhan dan terjaga dari perkara yang menyebabkan bergeloranya syahwat salah satu dari kedua belah pihak. Namun yang lebih utama adalah meninggalkan hal tersebut kecuali pada keadaan yang sangat mendesak.” (Fatawa Al Mar`ah, 1/435)

Laki-laki Berbicara lewat Telepon dengan Wanita yang Telah dipinangnya

Kenyataan yang ada di sekitar kita, bila seorang laki-laki telah meminang seorang wanita, keduanya menilai hubungan mereka telah teranggap setengah resmi sehingga apa yang sebelumnya tidak diperkenankan sekarang dibolehkan. Contoh yang paling mudah adalah masalah pembicaraan antara keduanya secara langsung ataupun lewat telepon. Si wanita memperdengarkan suaranya dengan mendayu-dayu karena menganggap sedang berbincang dengan calon suaminya, orang yang bakal menjadi kekasih hatinya. Pihak laki-laki juga demikian, menyapa dengan penuh kelembutan untuk menunjukkan dia adalah seorang laki-laki yang penuh kasih sayang. Tapi sebenarnya bagaimana timbangan syariat dalam permasalahan ini?

Asy Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan menjawab:” Tidak apa-apa seorang laki-laki berbicara lewat telepon dengan wanita yang telah dipinangnya (di-khitbah-nya), apabila memang pinangannya (khitbah) telah diterima. Dan pembicaraan itu dilakukan untuk saling memberikan pengertian, sebatas kebutuhan dan tidak ada fitnah di dalamnya. Namun bila keperluan yang ada disampaikan lewat wali si wanita maka itu lebih baik dan lebih jauh dari fitnah. Adapun pembicaraan antara laki-laki dan wanita, antara pemuda dan pemudi, sekedar perkenalan (ta‘aruf) –kata mereka- sementara belum ada khithbah di antara mereka, maka ini perbuatan yang mungkar dan haram, mengajak kepada fitnah dan menjerumuskan kepada perbuatan keji. Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman: “Maka janganlah kalian merendahkan suara dalam berbicara sehingga berkeinginan jeleklah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang ma‘ruf.” (Al-Ahzab: 32) (Fatawa Al Mar‘ah, 2/605) ?

Kutipan dari fatwa Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin, Asy Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al Fauzan dan Asy Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin

Ciri-Ciri Orang Ikhlas


Jika ada kader dakwah merasakan kekeringan ruhiyah, kegersangan ukhuwah, kekerasan hati, hasad, perselisihan, friksi, dan perbedaan pendapat yang mengarah ke permusuhan, berarti ada masalah besar dalam tubuh mereka. Dan itu tidak boleh dibiarkan. Butuh solusi tepat dan segera.

Jika merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah, kita akan menemukan pangkal masalahnya, yaitu hati yang rusak karena kecenderungan pada syahwat. “Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.” (Al-Hajj: 46). Rasulullah saw. bersabda, “Ingatlah bahwa dalam tubuh ada segumpal daging, jika baik maka seluruh tubuhnya baik; dan jika buruk maka seluruhnya buruk. Ingatlah bahwa segumpul daging itu adalah hati.” (Muttafaqun ‘alaihi). Imam Al-Ghazali pernah ditanya, “Apa mungkin para ulama (para dai) saling berselisih?” Ia menjawab,” Mereka akan berselisih jika masuk pada kepentingan dunia.”

Karena itu, pengobatan hati harus lebih diprioritaskan dari pengobatan fisik. Hati adalah pangkal segala kebaikan dan keburukan. Dan obat hati yang paling mujarab hanya ada dalam satu kata ini: ikhlas.

Kedudukan Ikhlas
Ikhlas adalah buah dan intisari dari iman. Seorang tidak dianggap beragama dengan benar jika tidak ikhlas. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-An’am: 162). Surat Al-Bayyinah ayat 5 menyatakan, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.” Rasulullah saw. bersabda, “Ikhlaslah dalam beragama; cukup bagimu amal yang sedikit.”

Tatkala Jibril bertanya tentang ihsan, Rasul saw. berkata, “Engkau beribadah kepada Allah seolah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah melihatmu.” Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya.”

Fudhail bin Iyadh memahami kata ihsan dalam firman Allah surat Al-Mulk ayat 2 yang berbunyi, “Liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya” dengan makna akhlasahu (yang paling ikhlas) dan ashwabahu (yang paling benar). Katanya, “Sesungguhnya jika amal dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benar, maka tidak diterima. Dan jika amal itu benar tetapi tidak ikhlas, juga tidak diterima. Sehingga, amal itu harus ikhlas dan benar. Ikhlas jika dilakukan karena Allah Azza wa Jalla dan benar jika dilakukan sesuai sunnah.” Pendapat Fudhail ini disandarkan pada firman Allah swt. di surat Al-Kahfi ayat 110.

Imam Syafi’i pernah memberi nasihat kepada seorang temannya, “Wahai Abu Musa, jika engkau berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat seluruh manusia ridha (suka), maka itu tidak akan terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan amalmu dan niatmu karena Allah Azza wa Jalla.”

Karena itu tak heran jika Ibnul Qoyyim memberi perumpamaan seperti ini, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tapi tidak bermanfaat.” Dalam kesempatan lain beliau berkata, “Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak mungkin Allah mencela para pendeta ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin Allah mencela orang-orang munafik.”

Makna Ikhlas
Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal.

Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niatnya dari kotoran yang merusak.

Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras (nampi beras) dari kerikil-kerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Tetapi jika beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu kecil. Demikianlah keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah, dan segala pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya akan menyebabkan amal tidak nikmat. Pelakunya akan mudah menyerah dan selalu kecewa.

Karena itu, bagi seorang dai makna ikhlas adalah ketika ia mengarahkan seluruh perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya untuk Allah, mengharap ridha-Nya, dan kebaikan pahala-Nya tanpa melihat pada kekayaan dunia, tampilan, kedudukan, sebutan, kemajuan atau kemunduran. Dengan demikian si dai menjadi tentara fikrah dan akidah, bukan tentara dunia dan kepentingan. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku.” Dai yang berkarakter seperti itulah yang punya semboyan ‘Allahu Ghayaatunaa‘, Allah tujuan kami, dalam segala aktivitas mengisi hidupnya.

Buruknya Riya
Makna riya adalah seorang muslim memperlihatkan amalnya pada manusia dengan harapan mendapat posisi, kedudukan, pujian, dan segala bentuk keduniaan lainnya. Riya merupakan sifat atau ciri khas orang-orang munafik. Disebutkan dalam surat An-Nisaa ayat 142, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat itu) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”

Riya juga merupakan salah satu cabang dari kemusyrikan. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku takuti pada kalian adalah syirik kecil.” Sahabat bertanya, “Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?” Rasulullah saw. menjawab, “Riya. Allah berkata di hari kiamat ketika membalas amal-amal hamba-Nya, ‘Pergilah pada yang kamu berbuat riya di dunia dan perhatikanlah, apakah kamu mendapatkan balasannya?’” (HR Ahmad).

Dan orang yang berbuat riya pasti mendapat hukuman dari Allah swt. Orang-orang yang telah melakukan amal-amal terbaik, apakah itu mujahid, ustadz, dan orang yang senantiasa berinfak, semuanya diseret ke neraka karena amal mereka tidak ikhlas kepada Allah. Kata Rasulullah saw., “Siapa yang menuntut ilmu, dan tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan perhiasan dunia, maka ia tidak akan mendapatkan wangi-wangi surga di hari akhir.” (HR Abu Dawud)

Ciri Orang Yang Ikhlas
Orang-orang yang ikhlas memiliki ciri yang bisa dilihat, diantaranya:

  1. Senantiasa beramal dan bersungguh-sungguh dalam beramal, baik dalam keadaan sendiri atau bersama orang banyak, baik ada pujian ataupun celaan. Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, “Orang yang riya memiliki beberapa ciri; malas jika sendirian dan rajin jika di hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan semakin berkurang jika dicela.” 

    Perjalanan waktulah yang akan menentukan seorang itu ikhlas atau tidak dalam beramal. Dengan melalui berbagai macam ujian dan cobaan, baik yang suka maupun duka, seorang akan terlihat kualitas keikhlasannya dalam beribadah, berdakwah, dan berjihad. 

    Al-Qur’an telah menjelaskan sifat orang-orang beriman yang ikhlas dan sifat orang-orang munafik, membuka kedok dan kebusukan orang-orang munafik dengan berbagai macam cirinya. Di antaranya disebutkan dalam surat At-Taubah ayat 44-45, “Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya.”

  2. Terjaga dari segala yang diharamkan Allah, baik dalam keadaan bersama manusia atau jauh dari mereka. Disebutkan dalam hadits, “Aku beritahukan bahwa ada suatu kaum dari umatku datang di hari kiamat dengan kebaikan seperti Gunung Tihamah yang putih, tetapi Allah menjadikannya seperti debu-debu yang beterbangan. Mereka adalah saudara-saudara kamu, dan kulitnya sama dengan kamu, melakukan ibadah malam seperti kamu. Tetapi mereka adalah kaum yang jika sendiri melanggar yang diharamkan Allah.” (HR Ibnu Majah).

  3. Tujuan yang hendak dicapai orang yang ikhlas adalah ridha Allah, bukan ridha manusia. Sehingga, mereka senantiasa memperbaiki diri dan terus beramal, baik dalam kondisi sendiri atau ramai, dilihat orang atau tidak, mendapat pujian atau celaan. Karena mereka yakin Allah Maha melihat setiap amal baik dan buruk sekecil apapun.

  4. Dalam dakwah, akan terlihat bahwa seorang dai yang ikhlas akan merasa senang jika kebaikan terealisasi di tangan saudaranya sesama dai, sebagaimana dia juga merasa senang jika terlaksana oleh tangannya.

  5. Para dai yang ikhlas akan menyadari kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena itu mereka senantiasa membangun amal jama’i dalam dakwahnya. Senantiasa menghidupkan syuro dan mengokohkan perangkat dan sistem dakwah. Berdakwah untuk kemuliaan Islam dan umat Islam, bukan untuk meraih popularitas dan membesarkan diri atau lembaganya semata.

Sumber: http://www.dakwatuna.com

Keutamaan Do'a dan Kepentingannya


Anas r.a melaporkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda “Do’a adalah intisari Ibadah”

Pada sebutir kacang, apa yang ada didalam kulitnya adalah bagian utama dari kacang itu dan yang sebenarnya diinginkan oleh orang yang memakannya. Karena di situlah intinya dan itulah yang mempunyai nilai.

Ada beberapa macam ibadah. Berdo’a dan memohon pertolongan dari Allah SWT. Adalah juga suatu bentuk ibadah. Tetapi ini bukanlah ibadah biasa. Ini adalah intisari ibadah.

Do’a dinyatakan sebagai intisari ibadah, karena ibadah adalah suatu pernyataan dari seorang akan kerendahan dirinya di hadapan Allah SWT. Dan pernyataan kerendahan hati ketidak berdayaan, ketergantungan, berserah diri, dan menerima serta menyadari akan kebesaran dan kehebatan Allah SWT.

Pebandingan dengan bentuk ibadah latin adalah bahwa di dalam do’a segi kerendahan hati, ketidak berdayaan, dan ketergantungan kepada Allah Yang Maha Kuasa dinyatakan dengan sangat; dan di dalam do’a, kebesaran dan kehebatan Allah Yang Maha Kuasa diakui dan ditekankan. Oleh karena itulah, do’a disebut sebagai intisari ibadah.

Dalam sebuah hadits yang lain Nabi SAW, telah bersabda, barang siapa tidak memohon kepada Allah SWT, maka Allah SWT akan murka kepada orang itu.”(misykat)

Karena dalam menyatakan kebutuhannya ketergantungannya, dan keinginannya kepada kenyamanan, orang yang berdoa menyatakan keyakinannya terhadap Keesaan Allah Yang Maha Kuasa sebagai pemberi nafkah yang memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, dan satu-satunya yang menentukan takdir manusia. Maka perbuatan berdo’a menjadi sebab datangnya keridhaan Allah SWT, sebaliknya keengganannya berdoa menjadi penyebab datangnya kemurkaan Allah SWT.

Bagi siapaun yang karena alasan apa saja (apakah karena kecongkakkan, kesombongan atau sebab yang lain) ia tidak mau berdo’a, mungkin karena dari pengalaman ia merasa tidak dipedulikan, maka ia akan mendapat kemurkaan dan ketidakridhaan Allah Yang Maha Kuasa.

Dalam hadits berikut ini Nabi SAW, telah mendorong kita untuk berdo’a , “Tidak diragukan lagi (pasti) do’a akan membantu menghilangkan kesulitan-kesulitan dan kesusahan-kesusahan yang telah diturunkan, dan do’a juga membantu mencegah datangnya kesusahan-kesusahan, karena itu berdoalah wahai hambanya Alllah SWT”
Dengan kata lain, bagi orang yang berdoa dan memohon dengan sangat kepada Allah SWT, maka Allah SWT akan menghilangkan kesulitan-kesulitan yang akan dipatuhkan atau telah dijatuhkan kepada-Nya.

Marilah kita senantiasa berdo’a Kepada Allah SWT.

Apakah yang Dimaksud dengan Diterimanya Do'a



Dari hadits-hadits, kita mengerti bahwa do’a diterima dengan salah satu dari tiga cara berikut ini.

  1. Keinginan orang berdoa dipenuhi di dunia ini.
  2. Doa itu disimpan sebagai harta yang berharga (untuk kepentingan orang yang berdoa ) di akhirat.
  3. Kesulitan (sesuai permintaan yang disebut dalam do’a) dengan sebab do’a itu, terhindar darinya.